GBI Pondok Indah – House of Healing

“JAGALAH LIDAHMU”

(Mazmur 118:17)

Menjaga lidah atau perkataan adalah penting, karena lidah atau perkataan sangat berperan dalam menentukan suasana kehidupan. Berkenaan dengan itu maka pemazmur menasihatkan barang siapa mencintai hidup dan ingin menikmati hidup yang baik, maka orang harus mampu menjaga lidahnya atau perkataannya.
Perkataan adalah salah satu sarana untuk mengekspresikan hati, mengungkapkan isi kepala (pikiran) serta berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kita. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup tanpa memiliki perkataan, dunia pastinya akan menjadi sunyi; tanpa keluhan, teriakan, makian, hujatan bahkan sekedar obrolan santai di meja makan.

Perkataan memiliki aspek penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam berkomunikasi, di mana untuk menciptakan komunikasi yang berkualitas tentunya harus mengikuti norma dan etika yang baik sehingga terjalin persahabatan, penghiburan serta kekuatan dan bukan perselisihan, permusuhan bahkan percideraan. “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid”
(Yes. 50:4)
Berbicara tentang perkataan, dalam tradisi Ibrani ada yang disebut sebagai tradisi “Pey” yang memiliki makna rohani “mulut” atau “perkataan”. Tuntunan bagi kita terkait dengan tradisi “Pey” ini adalah kita harus lebih memperhatikan perkataan (mulut) kita. “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (Mzm. 34:14).

Apa yang dinyatakan oleh Pemazmur ini juga diulangi oleh rasul Petrus dalam 1 Petrus 3:10, “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

Intinya adalah “Jagalah lidahmu” alias “jagalah perkataanmu”. Sampai dua kali pernyataan yang sama diulang, memberikan indikasi kepada kita bahwa hal ini adalah sesuatu yang penting. Ada dua hal yang disampaikan dalam ayat ini yang harus kita jaga, yakni jaga lidah kita terhadap apa yang jahat dan ucapan-ucapan yang menipu.

Pertanyaan kita adalah bagaimanakah cara menjaga perkataan kita? Ada beberapa cara menjaga perkataan kita, yakni:

Kita harus mampu menahan diri (Mzm. 39:1). Sebagian besar orang mungkin tidak mengalami kesulitan menjaga diri untuk tidak jatuh ke dalam kedagingan, namun mengalami “kebobolan” dalam hal dosa perkataan. Sebagaimana sebuah ungkapan mengatakan “memang lidah tidak bertulang”, artinya tidak memerlukan upaya yang besar untuk menggerakkannya. Dengan lancar dan mudahnya perkataan demi perkataan meluncur dari lidah kita. Jika tidak berhati-hati, kita akan mengalami kesulitan dalam mengendalikannya.

Salah dalam menggunakan perkataan kita adalah “menggunakannya secara benar”, yakni dengan cara senantiasa memperkatakan Firman Tuhan dan puji-pujian kepada TUHAN. Sambil kita memuji-muji TUHAN, ingatlah apa yang TUHAN nyatakan melalui Yakobus dalam suratnya,

Kita harus menyelaraskan perkataan dengan perbuatan. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yoh. 3:18).Perkataan adalah sesuatu yang nyata, dapat didengar secara nyata, dapat direkam menjadi bentuk digital melalui gawai (gadget). Namun ketika perkataan diucapkan untuk menggambarkan atau menyatakan perasaan kasih kepada seseorang maka ia bisa menjadi sesuatu yang sifatnya semu dan kosong belaka jika tidak disertai dengan perbuatan nyata seperti yang dikatakan. Misalnya, ketika kita berkata bahwa kita mengasihi TUHAN dengan segenap hati, namun kita malas beribadah, tidak memiliki waktu khusus untuk bersekutu dengan TUHAN, melakukan Firman TUHAN, maka perkataan kita tidak bermakna sama sekali.

Kita perlu menyelaraskan perkataan kita dengan perbuatan kita, dengan demikian membantu kita untuk berpikir sebelum berkata-kata. Apakah perkataan saya sesuai dengan perbuatan saya? Apakah saya menghidupi apa yang saya katakan dan sebaliknya mengatakan apa yang saya hidupi? Inilah yang disebut sebagai integritas, yang harus dimiliki oleh semua orang percaya. Karena itu, mari kita sungguh-sungguh menjaga perkataan kita, sehingga perkataan kita adalah perkataan yang menghidupkan!